
Di dunia sepak bola yang makin terobsesi sama nama besar dan sorotan media, Fikayo Tomori ambil jalur yang nggak banyak dipilih pemain Inggris lainnya. Ketika dia disuruh nunggu giliran di Chelsea, dia milih berangkat ke Italia. Bukan buat liburan, tapi buat bikin ulang namanya dari nol.
Dan sekarang, di AC Milan, Tomori bukan cuma starter. Dia jadi leader, jadi simbol lini belakang yang solid, dan nunjukin ke dunia bahwa anak Inggris juga bisa bersinar di Serie A — bukan sekadar survive.
Awal Karier: Anak Akademi Chelsea yang Sering Dipinjemin
Tomori lahir 19 Desember 1997 di Calgary, Kanada, tapi besar di Inggris. Dia gabung akademi Chelsea sejak usia 8 tahun. Di antara tumpukan talenta muda Chelsea, Tomori memang termasuk yang paling konsisten. Tapi karena sistem Chelsea yang gemar pinjemin pemain muda, dia sempat keliling:
- Brighton
- Hull City
- Derby County (bareng Frank Lampard sebagai pelatih)
Waktu di Derby, dia tunjukin bahwa dia punya:
- Kecepatan di atas rata-rata untuk bek tengah
- Duels yang agresif
- Gaya main clean tanpa banyak pelanggaran
Lampard yang akhirnya narik dia ke tim utama Chelsea musim 2019/20.
Chelsea: Dapat Kesempatan, Tapi Cepat Hilang dari Radar
Awalnya Tomori dapat banyak menit main, bahkan sempat bikin gol jarak jauh lawan Wolves yang viral. Tapi begitu Chelsea mulai belanja pemain lagi dan rotasi makin ketat, Tomori mulai tersingkir.
Padahal performanya oke, tapi keputusan pelatih bikin dia sering duduk di bench atau bahkan nggak masuk skuad.
Tomori sadar satu hal:
Kalau lo mau berkembang, lo nggak bisa nunggu dikasih kesempatan. Lo harus cari sendiri.
Dan Januari 2021, dia cabut ke AC Milan sebagai pemain pinjaman — keputusan yang ngubah kariernya total.
AC Milan: Reinkarnasi Bek Inggris di Negeri Taktik
Buat banyak pemain Inggris, main di Serie A itu kayak buka buku bahasa asing: susah, pelan, dan penuh detail taktik. Tapi buat Tomori? Dia justru nyetel dengan cepat.
Hal yang langsung bikin pelatih dan fans Milan jatuh hati:
- Speed recovery gila
- Posisi selalu sigap
- Nggak gampang panik saat ditekan
- Bisa main garis tinggi
- Bawa bola keluar dari belakang dengan percaya diri
Setengah musim pertama bareng Milan, Tomori bikin duo maut bareng Simon Kjær, lalu lanjut duet sama Pierre Kalulu dan belakangan Thiaw.
Dipermanenkan Milan: Harga Mahal, Tapi Worth It
Setelah masa pinjaman meyakinkan, Milan langsung tebus Tomori secara permanen musim panas 2021 dengan harga sekitar €30 juta. Banyak yang awalnya anggap itu mahal. Tapi Milan tahu, mereka baru aja beli:
- Bek tengah utama masa depan
- Pemimpin tanpa banyak gaya
- Pemain yang bisa ngikutin sistem defensif Italia
Dan Tomori langsung jadi starter tetap. Di musim 2021/22, dia bantu Milan:
- Punya rekor pertahanan terbaik
- Juara Serie A pertama dalam 11 tahun
- Cuma kebobolan 31 gol semusim
- Bikin Dybala, Vlahović, Immobile, dan striker top Serie A lainnya frustasi
Gaya Main: Modern, Cepat, dan Cerewet di Belakang
Tomori itu:
- Bek dengan kecepatan top-tier
- Cocok buat sistem high line
- Nggak ragu naik buat tutup ruang
- Duels agresif tapi bersih
- Komunikatif, sering teriak ngatur rekan setim
- Jarang buang bola asal-asalan — dia cari build-up
Yang bikin dia cocok sama Serie A adalah kedisiplinan taktik dan kemampuan baca gerak lawan. Dia bukan cuma andelin fisik, tapi ngerti struktur pertahanan.
Statistik Tomori: Konsisten di Level Tinggi
Dalam dua musim penuh bersama Milan:
- Rata-rata 2–3 interception per game
- Akurasi passing di atas 90%
- Menang duel udara lebih dari 65%
- Jarang bikin kesalahan langsung yang berujung gol
- Beberapa gol penting dari set piece
Di antara semua bek Milan, Tomori yang paling sering main di laga-laga besar — Derby Milan, Liga Champions, laga penentuan Scudetto, semua dia lewati.
Timnas Inggris: Masuk-Keluar Tapi Tetap Optimis
Meski udah konsisten di Milan, Timnas Inggris masih jadi teka-teki buat Tomori. Dia dipanggil beberapa kali oleh Gareth Southgate, tapi:
- Sering nggak dikasih main
- Kalah saing dari Maguire dan Stones
- Kadang bahkan nggak masuk skuad
Tapi dia tetap profesional. Nggak ribut, nggak komplain, cuma kerja lebih keras lagi.
“Kalau saya terus main bagus di Milan, panggilan itu akan datang sendiri.”
Dan itu mental yang nggak banyak pemain punya.
Mentalitas: Nggak Butuh Sorotan Buat Jadi Pemimpin
Tomori bukan pemain yang doyan spotlight. Tapi justru karena itu dia disayang pelatih:
- Fokus latihan
- Respect ke sistem dan pelatih
- Sering jaga rekan setim muda
- Nggak reaktif di media
- Tapi vokal banget di lapangan
Dia bek yang bukan cuma jagain area sendiri, tapi juga ngatur ritme seluruh backline.
Tantangan Ke Depan: Stabil di UCL dan Kembali ke Inggris
Tomori udah buktiin dia kuat di Serie A. Tapi yang dia butuhin sekarang:
- Tampil stabil di Liga Champions
- Bantu Milan bersaing kembali di papan atas
- Balik ke skuad utama Inggris
- Naik level dari defender bagus ke elite Eropa
Dan semua itu butuh satu hal: konsistensi dalam pertandingan besar.
Kenapa Gen Z Harus Ngikutin Karier Tomori?
Karena dia bukti nyata bahwa:
- Lo nggak harus jadi bintang di kampung sendiri
- Kadang langkah ke luar justru bikin karier lo meledak
- Konsistensi dan kerja diam-diam bisa ngalahin hype
- Lo bisa jadi pemimpin tanpa banyak gaya
Fikayo Tomori itu quiet killer di lini belakang — jarang ribut, tapi hasilnya konkret.
Kesimpulan: Fikayo Tomori, Bek Inggris yang Naik Level Lewat Jalan yang Nggak Umum
Tomori bukan wonderkid yang dapat karpet merah. Dia anak akademi yang kerja keras, sabar, dan nggak gengsi buat ambil keputusan berani.
Dari Chelsea ke Milan, dari cadangan ke bintang, dari nama pinggiran ke tembok pertahanan AC Milan. Dan ceritanya belum selesai.
Kalau terus stabil, Tomori bukan cuma bek andalan Milan — dia bisa jadi bek utama Inggris di turnamen besar berikutnya.