Kalau kamu lagi cari pengalaman spiritual yang nggak sekadar mendoakan, tapi juga menyentuh sejarah dan budaya Islam Nusantara, maka ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa adalah perjalanan yang layak masuk bucket list. Di balik kompleks makam yang tenang dan rindang ini, tersimpan kisah perjuangan dakwah, pengasingan, hingga pengaruh Syekh Yusuf yang menjangkau jauh ke luar Indonesia.
Ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa bukan cuma soal tabur bunga dan doa-doa pendek. Ini tentang menyelami jejak seorang ulama karismatik asal Gowa, yang hidupnya penuh perjuangan antara spiritualitas, politik kolonial, dan internasionalisme Islam. Dari Gowa, Syekh Yusuf pernah melanglang ke Banten, Mekkah, bahkan Afrika Selatan. Tapi akar spiritualnya tetap di tanah kelahiran: Lakiung, Gowa, Sulawesi Selatan.
Makam Lakiung: Tempat Istirahat Sang Pejuang Jiwa dan Bangsa
Begitu kamu menginjakkan kaki di area ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa, suasananya langsung berubah. Dari jalanan modern menuju halaman makam, kamu serasa masuk ke ruang waktu. Kompleks ini rindang, tenang, dengan pepohonan besar dan suara angin lembut yang menyapu pelataran makam. Di sanalah pusara Syekh Yusuf dibaringkan—tanda abadi bagi seorang ulama yang tak hanya hidup dalam teks, tapi juga dalam hati umat.
Makam ini berada di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Di tempat ini pula, Syekh Yusuf dilahirkan pada 3 Juli 1626. Arsitektur kompleksnya sederhana namun sarat makna. Ada masjid kecil di dekat makam, pendopo untuk peziarah, dan papan-papan informasi yang menyajikan ringkasan kisah hidup beliau. Setiap sudut punya cerita.
Fasilitas dan fitur di kompleks makam:
- Bangunan cungkup makam yang menjaga pusara utama
- Masjid Lakiung sebagai tempat shalat dan refleksi
- Pendopo doa untuk tahlilan bersama atau zikir pribadi
- Taman rindang sebagai tempat duduk dan kontemplasi
- Informasi sejarah visual lewat papan narasi
Yang bikin ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa begitu kuat atmosfernya adalah kesenyapan dan rasa hormat yang otomatis muncul begitu kamu masuk. Rasanya seperti bertamu ke rumah seorang wali yang nggak hanya dikenang karena ajarannya, tapi karena ketulusan perjuangannya.
Kisah Hidup Syekh Yusuf: Dari Gowa ke Mekkah hingga Afrika Selatan
Ziarah ini bakal lebih bermakna kalau kamu paham latar belakang orang yang kamu datangi. Karena ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa sejatinya adalah jalan untuk menyusuri hidup seorang ulama pejuang. Syekh Yusuf tumbuh dalam lingkungan bangsawan Gowa, dan sejak kecil menunjukkan minat besar pada ilmu agama. Di usia muda, dia merantau ke berbagai pusat ilmu Islam—di antaranya Aceh, Yaman, dan Mekkah.
Pulang dari tanah suci, Syekh Yusuf nggak langsung diam. Ia terlibat aktif dalam dakwah dan politik di Kerajaan Banten, bahkan menikah dengan kerabat Sultan Ageng Tirtayasa. Tapi perjuangan itu bikin dia diburu oleh VOC, hingga akhirnya ditangkap dan diasingkan: ke Ceylon (Sri Lanka), lalu ke Cape Town, Afrika Selatan.
Tahapan penting hidup Syekh Yusuf:
- 1626: Lahir di Gowa
- 1644–1664: Merantau ke berbagai pusat Islam dunia
- 1664–1680: Dakwah di Banten, perlawanan terhadap Belanda
- 1684: Ditangkap dan dibuang ke Ceylon
- 1694: Diasingkan ke Cape Town
- 1699: Wafat dan dimakamkan di Afrika Selatan
Namun, jenazah beliau kemudian dipulangkan ke tanah kelahiran, Lakiung. Dan dari situ, ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa jadi pengingat bahwa perjuangan spiritual kadang nggak selesai dalam satu kehidupan—tapi terus hidup lewat mereka yang datang dan mendoakan.
Napak Tilas Spiritual: Menyentuh Warisan, Bukan Sekadar Mengunjungi
Dalam ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa, kamu nggak cuma mampir. Kamu diajak menyusuri jalur rohani: dari tempat lahirnya, masjid masa kecilnya, hingga ruang-ruang tempat ia merenung dan menulis. Ada perasaan seolah kamu menginjak jejak langkahnya. Dan itu bikin perjalanannya terasa sangat personal.
Banyak pengunjung yang datang bukan hanya dari Sulawesi, tapi juga dari Banten, Aceh, bahkan Afrika Selatan. Mereka ingin mengenang guru spiritual mereka. Tak sedikit juga peziarah yang melakukan zikir bersama, membaca tahlil, atau sekadar duduk diam sambil membuka lembar demi lembar sejarahnya di ponsel.
Aktivitas spiritual yang bisa kamu lakukan:
- Membaca surah pendek dan doa di depan pusara
- Mengikuti tahlilan atau pengajian lokal
- Meditasi hening di bawah pepohonan makam
- Menelusuri lokasi pendidikan awal Syekh Yusuf
- Merenung sambil membaca biografi beliau
Yang bikin ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa beda dari destinasi religi lainnya adalah rasa keterhubungan spiritual yang nyata. Bukan karena kemewahan tempatnya, tapi karena aura kesalehan dan perjuangan yang terus hidup dari generasi ke generasi.
Membaca Pesan-Pesan Syekh Yusuf: Islam, Keadilan, dan Cinta Tanah Air
Salah satu alasan kenapa ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa begitu bermakna adalah karena nilai-nilai ajarannya yang masih relevan sampai hari ini. Syekh Yusuf nggak cuma bicara soal ibadah personal, tapi juga soal keadilan sosial, perlawanan terhadap penjajahan, dan pentingnya menjunjung tinggi nilai kebenaran, meskipun pahit.
Dalam banyak tulisannya, Syekh Yusuf menekankan pentingnya tasawuf aktif—spiritualitas yang bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga berdampak bagi masyarakat. Ia juga menentang segala bentuk kesewenangan kekuasaan. Inilah yang bikin VOC gerah, karena ajaran beliau menyatukan rakyat dengan semangat moral yang kuat.
Nilai-nilai utama ajaran Syekh Yusuf:
- Spiritualitas berbasis kesadaran sosial
- Anti kolonialisme dan ketidakadilan
- Islam sebagai rahmat lintas bangsa
- Pendidikan sebagai jalan pembebasan
- Kesederhanaan dan keteguhan prinsip
Maka dari itu, ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa juga bisa jadi ruang refleksi: apa yang sudah kita warisi dari tokoh seperti beliau? Apakah kita sekadar mengenangnya, atau juga mewarisi semangatnya?
Tips dan Informasi Praktis Ziarah ke Makam Lakiung
Kalau kamu tertarik buat melakukan ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa, berikut ini beberapa tips penting biar perjalananmu lancar dan bermakna:
Cara menuju lokasi:
- Dari Makassar: sekitar 30–40 menit berkendara ke arah Gowa
- Gunakan motor atau mobil pribadi, atau naik angkutan lokal
- Lokasinya dekat dengan kompleks Kerajaan Gowa dan Benteng Somba Opu
Tips ziarah yang perlu kamu tahu:
- Kenakan pakaian sopan dan santun
- Bawa air minum dan bekal secukupnya
- Jangan membuang sampah sembarangan
- Hormati peziarah lain dan jaga ketenangan
- Kalau ingin dokumentasi, izin dulu ke pengurus makam
Waktu terbaik berkunjung adalah pagi atau sore hari ketika suasana adem dan sinar matahari jatuh lembut di atas nisan. Dan yang paling penting, datanglah dengan niat yang bersih. Karena dalam ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa, kamu nggak hanya menapak tanah—tapi juga menapak hati.
Penutup: Menyentuh Zaman Lewat Doa di Tanah Gowa
Akhirnya, ziarah dan napak tilas jejak Syekh Yusuf di Makam Lakiung Gowa bukan cuma perjalanan fisik, tapi juga perjalanan batin. Di sana kamu nggak hanya mengenang sejarah, tapi juga menyerap ruh perjuangan, keteguhan iman, dan nilai-nilai Islam yang inklusif dan membebaskan. Syekh Yusuf bukan hanya milik Gowa, tapi milik semua umat yang mencari kebenaran dengan jalan damai.
Lewat kunjungan ke makam ini, kamu belajar bahwa spiritualitas sejati adalah ketika iman tidak berhenti di sajadah, tapi menyentuh masyarakat, sejarah, dan masa depan. Dan lewat doa-doa yang kamu panjatkan, kamu turut melanjutkan jejak langkah Syekh Yusuf, meski hanya setapak demi setapak.